Rabu, 15 Juni 2011

Papua Potensi Luar Biasa


Papua atau dahulunya disebut Irian Jaya, merupakan salah satu provinsi terluas di Indonesia. Sejak otonomi khusus pada tahun 2003, daerah paling timur Indonesia ini dibagi menjadi dua bagian yaitu; Provinsi Papua dan Papua Barat. Indonesia patut bersyukur memiliki Papua. Selain tersimpan cagar alam yang menakjubkan seperti; suku asli asmat, puncak Jaya Wijaya, Papua juga menyimpan kekayaan bumi, yakninya tambang tembaga dan emas.
Dibalik keeksotisannya itu, ternyata Papua juga memiliki segudang anak muda berbakat dalam sepak bola. Terilhami dari kebiasaan kehidupan yang keras dan budaya kesolidan, anak papua merajai kancah persepakbolaan nasional, ibarat mutiara hitam yang bersinar begitu cemerlang, putra papua meruntuhkan ekspektasi pesepakbolaan nasional. Dengan tubuh yang lebih besar dan bertenaga, serta mental juara yang lebih bagus, putra papua lebih menguasai lapangan hijau. Tak dipungkiri, peran anak-anak papua sangat menonjol di Timnas. Sebut saja Boaz Solossa, siapapun pasti setuju kalau pemain kelahiran 16 Maret 1986 ini pantas disebut “spesies langka dalam persepakbolaan nasional”, banyak orang yang menilai ia pantas bermain di liga-liga Eropa, Ia terkenal dengan kemampuannya dalam mengontrol bola, tendangan kaki kiri yang keras, akurasi kaki kiri dan kaki kanan yang baik, kecepatan, visi penyerangan, dan naluri dalam mencetak gol, hal-hal seperti inilah yang kurang dimiliki pemain Indonesia selama ini, Boaz memang anak ajaib.
Berbalik sedikit kebelakang, tepatnya di Piala AFF 2010. Lihat kiprah Okto Maniani, ia terkenal dalam sekejab dalam ajang sepak bola antar negara ASEAN itu, ia disebut-sebut sebagai salah satu pemain Asia yang pantas berkiprah di Eropa, pria kelahiran 1990 ini adalah produk asli sepak bola Papua, ia adalah produk PON 2008 Kaltim. Belum habis masa emas Boaz Solossa atau Okto Maniani, muncul Titus Bonay, sepertinya tanah papua tak pernah berhenti melahirkan pemain bertalenta hebat.
Persipura mewakili kehebatan anak-anak papua, Persipura kembali merajai kancah persepakbolaan nasional dengan mengunci gelar juara Liga Super Indonesia 2010/2011, lengkap sudah kedigdayaan anak-anak papua dengan menahan gelar top scorer yang masih dipegang Boaz Solossa, sebuah prestasi yang luar biasa diraih pemain dalam negeri sendiri- selama ini top scorer biasanya diraih pemain asing. Lebih hebatnya lagi, apa yang dilakukan Jackshen F. Tiago, pelatih Persipura, ia memainkan seluruh pemain asli Papua, ketika Persipura berhasil mengunci gelar juara ISL setelah menekuk tuan rumah Persisam Samarinda 2-1. Seolah Jackshen F.Tiago ingin membuktikan kalau si “mutiara hitam” bisa tampil luar biasa tampa dukungan pemain asing. Persipura pantas jadi klub kebanggaan Indonesia, penampilan Persipura di ajang AFC juga ciamik.
Ditengah “kefrutasian” PSSI bersaing di tingkat dunia, sepertinya pola menciptakan kekuatan tim yang tangguh harus dirubah total. Bukankah cara-cara yang dilakukan PSSI selama ini gagal total. Saatnya PSSI benar-benar mencari pemain yang tangguh bertarung dilapangan hijau. Dengan postur yang ideal serta bertenaga, tehnik dan skill yang bagus tak lupa naluri untuk menang. Harus diakui, inilah kekurangan Timnas selama ini, setelah kita mampu melalui negara seperti; Vietnam, Laos, Malaysia, tapi, Timnas mentok disaat harus bertemu Australia, Iran, China, Korea atau Jepang. Dengan postur yang kalah lebih tinggi dan bertenaga kita selalu jadi lumbung gol. Untuk menutupi semua kekurangan di tubuh Timnas, menurut saya semua itu ada pada anak-anak papua, dan bukan bearti menutup peluang pemain daerah lain. Saatnya PSSI memaksimalkan potensi yang ada, saya menilai Papua adalah potensi luar biasa persepakbolaan nasional yang belum kita maksimalkan. Dalam sepak bola hukum ilmu biomekanika berlaku, pemain yang berpostur lebih pendek sulit bersaing dengan pemain lebih tinggi dan besar. Jika semua kekurangan pada tubuh Timnas selama ini bisa ditutupi oleh putra bangsa sendiri seperti halnya pemain produk Papua, kenapa kita harus memaksakan kehendak dengan cara yang menurut saya kurang fair dengan menaturalisasi pemain asing.****

Tidak ada komentar: